Jadi Orang Tua Asuh

Penghafal Al-Quran dan Calon Pemimpin Bangsa

Al-Quran adalah pedoman hidup

Kelak, apapun yang aku kerjakan di masa depan, al-quran akan selalu jadi landasan untuk setiap aktivitasku sehingga bernilai pahala

(Muhammad Dzaky Al Fath)

Muhammad Salman Al-Faizi

Penghafal Al-Quran 13 Juz
Pengagum Khalid bin Walid
Cita-cita kuliah di Universitas Islam Madinah

Salman masih sangat muda, 16 tahun umurnya. Seperti remaja seusianya, gemuruh semangat di jiwanya membara meski kadang kondisi tak semulus yang diharap.

Berasal dari keluarga dengan ibu sebagai guru honorer Bahasa Arab dan ayah mengajar al-quran, ia tumbuh di lingkungan baik yang sangat membantunya mengenal, mempelajari, dan menghafal al-quran. Namun seperti yang kita ketahui, gaji sebagai guru honorer terbilang pas-pasan, sangat pas-pasan bahkan. Apalagi bukan hanya dia satu-satunya tanggungan. Ada kakak dan adik yang juga harus dibiayai kedua orang tuanya.

 

Muhammad Dzaky Al Fath

Penghafal Al-Quran 26 Juz
Ketua Badan Eksekutif Santri eTahfidz
Cita-cita kuliah di Madinah Al Munawwaroh

Sebagai anak pertama dari 4 bersaudara, sosok Dzaky sangat diharapkan menjadi sosok panutan untuk adik-adiknya. Alhamdulillah, tahadduts binni’mah, ia sudah menghafal 26 juz al-quran dan sedang berikhtiar mengkhatamkanya setahun ke depan.

Namun tak seperti kawan-kawan sebayanya yang punya privilege orang tua kaya raya, ia tumbuh besar di keluarga sederhana. Ibu mengajar Bahasa Arab dan ayah bekerja sebagai terapis pengobatan tradisional.

Mahalnya biaya sekolah, biaya hidup, juga kebutuhan sehari-hari, apalagi harus dikali empat, membuat ia harus mencari cara untuk meringankan beban kedua orang tuanya dan tetap memperjuangkan cita-cita dan masa depannya.

Dzaky dan Salman, keduanya anak-anak hebat, cerdas, dan penuh semangat. Kecerdasannya bisa diadu, tapi sering mundur sebelum maju karena kondisi ekonomi yang naik turun, mungkin lebih banyak turunnya.

Lalu, apa hanya karena berasal dari keluarga pas-pasan, kecerdasan, potensi, dan semangatnya tergadaikan?

FAKTA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat 157 ribu siswa SD hingga SMA putus sekolah pada tahun ajaran 2019/2020. Apa alasannya ?

1. Terdampak Pandemi COVID-19

Pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga menurunnya pendapatan keluarga akibat pandemi menyebabkan anak-anak berhenti sekolah karena tidak ada biaya

2. Kemiskinan Struktural

Terbatasnya akses pendidikan layak bagi anak berprestasi akibat lingkaran kemiskinan yang disebabkan oleh struktural, seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, dan lainnya

Jadi Orang Tua Asuh

Penghafal Al-Quran dan Calon Pemimpin Bangsa

  • Menyediakan wadah kontribusi bagi masyarakat di bidang pendidikan
  • Menjamin keberlangsungan program pendidikan  untuk anak-anak dari kelompok marginal melalui program SMART Ekselensia Indonesia dan Ekselensia Tahfidz School

1. SMART Ekselensia Indonesia

Sekolah jenjang SMP dan SMA dengan program Sistem Kredit Semester (SKS) dan pendidikan kepemimpinan bagi anak-anak pilihan yang kurang beruntung secara ekonomi di seluruh provinsi di Indonesia.

2. Ekselensia Tahfidz School

Model pendidikan non formal yang berfokus pada tahfidz al-quran untuk anak kelompok marjinal dengan keterbatasan finansial

Terkadang cita-cita bagai benda mahal yang tak terjangkau oleh orang-orang berekonomi pas-pasan

Lalu, apa hanya karena berasal dari keluarga pas-pasan, kecerdasan, potensi, dan semangatnya tergadaikan?

dompet dhuafa putih web

#BeraniBerbagi

Sejak tahun 1993, Dompet Dhuafa membentang kebaikan ZISWAF Anda kepada lebih dari 28 juta penerima manfaat

Mari bersama tumbuhkan ZISWAF untuk berdayakan umat

 

Informasi dan Konfirmasi :
WA : 08111 5 444 88 | Tlp : 021-741 6050
layandonatur@dompetdhuafa.org